Di Malang, keempat
Super Tucano dalam kofigurasi standar tanpa senjata itu diterima
Panglima Komando Operasi Udara II TNI AU, Marsekal Muda TNI AU Agus
Supriatna, dan sejumlah pucuk pimpinan setempat.
Super Tucano, pesawat kontra insurgensi dan intai strategis ditetapkan menggantikan OV-10F Bronco, yang dipensiunkan pada 2007.
"Pesawat
ini belum diserahkan secara resmi, pada 17 September nanti baru ada
penyerahan resmi ke negara atau TNI AU," kata Supriatna. Super Tucano
ditempatkan di Skuadron Udara 21, skuadron udara yang sempat
dinonaktifkan pada masa lalu.
Ia mengemukakan, TNI AU memesan 16 Super Tucano yang semuanya tipe kursi ganda. Batch pertama empat unit tiba, disusul batch kedua pada awal 2013 dan batch pamungkas pada akhir 2013. Di ASEAN, baru Indonesia yang menggunakan pesawat tersebut.
Namun
negara-negara Amerika Latin sudah cukup lama memakai Super Tucano, di
antaranya Venezuela, Brazil, dan Meksiko. Untuk mendaratkan keempat
Super Tucano itu ke Indonesia, empat kapten pilot Embraer
mengendalikannya, yaitu Almir Sumar De Azevedo, Carlos Moreira Chaster,
Airton Manoel Rodrigues, dan William Souza. (*)
