Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. Artinya keadaan status yang tidak seimbanglah yang akan melahirkan prasangka (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.
Para sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara kelompok-kelompok yang bertentangan (Manger, 1991). Dalam masyarakat yang terstruktur dalam stratifikasi yang ketat, kelompok dominan dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk memaksakan ideologi yang menjustifikasi praktek diskriminasi untuk mempertahankan posisi menguntungkan mereka dalam kelompok sosial. Hal ini membuat kelompok dominan berprasangka terhadap pihak-pihak yang dinilai bisa menggoyahkan hegemoni mereka. Sementara itu kelompok yang didominasipun berprasangka terhadap kelompok dominan karena kecemasan akan dieksploitasi.Sumber : http//trilestaridotcom.wordpress.com
Teori integrative dalam komunikasi organisasi.
Sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa teori manajemen klasik lebih menitikberatkan perhatiannya pada struktur organisasi dan rancangan pekerjaan dibandingkan dengan manusia dan lingkungan organisasi.Sementara itu, teori perilaku lebih menekankan pada manusia dan juga memiliki kecenderungan untuk mengabaikan pengaruh diluar batasan organisasi. Perbedaan sudut pandang inilah yang mendorong para ahli atau peneliti organisasi mengembangkan teori integratif.Menurut Shockley-Zalabak (2006 : 80-87), terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami teori integratif yaitu pendekatan proses dan lingkungan serta pendekatan kultural.Pendekatan proses dan lingkungan adalah pendekatan teori integratif yang berusaha untuk menggambarkan kompleksitas proses organisasi yang dipengaruhi oleh faktor internal organisasi dan lingkungan eksternal. Sementara itu, pendekatan kultural teori integratif adalah pendekatan yang menjelaskan perilaku organisasi yang dipengaruhi budaya yang ada di dalam organisasi maupun yang ada di luar organisasi.Sumber : https://pakarkomunikasi.com
Teori Uses and Gratification, menitik beratkan pada audience.
Uses and Gratifications adalah sekelompok orang atau orang itu sendiri dianggap aktif dan selektif menggunakan media sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Studi didalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (Gratifications)atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu, sebagian besar prilaku orang tersebut akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu.Pendapat lain mengenai definisi Uses and Gratifications adalah Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan yang dalam Bahasa Inggrisnya Uses and Gratification Theory adalah salah satu teori komunikasi (massa) dimana titik berat penelitian dilakukan pada pemirsa atau khalayak sebagai penentu pemilihan pesan dan media. Uses and Gratification Theory yang merupakan salah satu dari teori komunikasi massa melihat audiens dari proses komunikasi massa sebagai individu yang aktif, selektif dan memiliki tujuan tertentu terkait dengan terpaan media kepadanya. Artinya individu atau audiens (khalayak) sebagai makhluk sosial mempunyai sifat selektif dalam menerima pesan yang ada dalam media massa.
sumber : http://mypublicrelation.blogspot.com